Saturday, January 8, 2011

Catatan Perjalanan part I.



HAPPY NEW YEAR!!!

I know its late, but better late than never ;)


Sambil bersihin blog yang berdebu setelah "diabaikan" cukup lama (dosa besar seorang blogger! huhuhu), gue mau ngomong untuk kesekian kalinya, mohon di excuse akibat *ehemm* kesibukan yang padat sehingga gue butuh waktu cukup lama buat update lagi. Hiksss...

Well, mengisi liburan akhir tahun 2010-awal 2011 kemarin, gue dan teman-teman organisasi memutuskan untuk berpetualang ke Kalimantan barat :D Kita sama sekali buta keluar pulau, dan ini pengalaman kita yang pertama. Untungnya, dua diantara rombongan (kami berlima) lahir di Pontianak, ibukota Kalimantan Barat :) Bahkan salah satunya masih bisa bahasa daerah sana: bahasa tiociu (tiochiew dialect, semacam bahasa daerah China gitu).

Setelah mempersiapkan iteniary selama kurang lebih dua bulan, kita pun berangkat tanggal 24 Desember 2010, dan baru kembali ke Jakarta tanggal 1 Januari 2011.

Di Kalimantan Barat, ada dua kota utama yang jadi persinggahan kami berlima, yakni Pontianak dan Singkawang. Konon kalau lagi musim buah, di jalanan melimpah ruah buah-buahan dengan harga miring dan siap jd oleh-oleh. Tapi sayang, saat kami datang lg nggak musim buah apa-apa huhuhu. Catatan Perjalanan ini akan dibagi dua, part one untuk cerita tentang situs-situs dan tempat yg kami datangi, dan part two untuk kulinernya! Yummyyy :D











the very first sight of Borneo :D cantik ya.......




PONTIANAK! :)


Sesampainya di Kalimantan Barat, kita dijemput sama sepupunya Ko Bun Lai. Setelah taruh barang di hotel, kita langsung menyusuri Pontianak di sore hari. Suasananya nggak seribet dan sekumuh Jakarta. Kendaraan yang berseliweran cenderung tertib lalu lintas dan kebanyakan mobilnya SUV atau dual cabin. Keren!

Hari pertama kita langsung mampir ke toko oleh-oleh di Jalan Pattimura. Di jalan ini berjejer banyak tempat oleh-oleh, tapi harus pinter ngecek harga karena harganya dari satu toko ke toko lain bisa beda :( Karena toko oleh-oleh, mereka cenderung sombong. Harga gak bisa ditawar dan cenderung mahal. Menyebalkan :'(





Ini mobil pemadam kebakaran di Pontianak. Khas banget tionghoanya (Buddhanya) ^^ Selama di Pontianak kami juga menyempatkan ziarah makam keluarga koko Bun Lai. Areal pemakaman nya masih pemakaman ala tionghoa yg makamnya dari batu dan gede-gede. Sayang banget pemakamannya nggak terawat, kotor, bahkan gak sedikit makam yang tergenang air pasang dari sungai :( Tiap kali ke areal pemakaman yg tionghoa seperti ini, kesan angker nggak terasa sekalipun makam-makamnya nggak terawat. Auranya beda. Cenderung indah, dan sedih...





Kaki seorang traveller :D Biar nggak cedera jalan berkilo-kilo meter seharian, Ribas bebat kaki kirinya pake perban itu. Dulu doi pernah cedera gara-gara main futsal, jadi takut sendinya geser lagi. Begitu kita kembali ke Jakarta, badan kita belang-belang kayak anak kampung. Bener-bener badan traveller. Untung gue pake sunblock gila-gilaan huhu....

Pasca ziarah makam tionghoa, kita menuju kecamatan Siantan, menggunakan ferry. Ongkosnya cuma Rp 1,500 per kepala, wow murah banget! Tapi ternyata.....nyebrangnya juga gak berasa. Alias cuma tiga menit udah sampai dari Pontianak ke Siantan :D

Di Siantan ini sepi dan berdebu. Kebanyakan yg lewat truk-truk dan mobil gede. Yang main di jalan-jalan besar anak kampung, sementara warga tionghoanya lebih suka ngendon di rumah masing-masing di ratusan gang yang tersebar di Siantan.


suasana arus keluar dari ferry.






Tugu Khatulistiwa, yang terletak di kecamatan Siantan. Tugu ini terletak di Jalan Khatulistiwa, untuk mencapainya naik angkot (Rp 2.500) dari depan dermaga kemari. Sayang waktu kita tiba, jam 12 siang udah lewat, jadi kita nggak sempat merasakan sensasi gak punya bayangan hehehe. Tugu Khatulistiwa yang ada di foto diatas, ternyata adalah Tugu palsu lhoh! Tugu aslinya terletak di Museum Khatulistiwa, sekitar 3 meter dibawah Tugu palsu tersebut :D





Di dalam Museum Khatulistiwa, di depan Tugu Khatulistiwa yang asli :D Cukup lama juga kita norak berfoto-foto di depan Tugu ini, sekalian ngadem karena Kalimantan bener-bener panas huhuhu. Museumnya cukup modern, dilengkapi fasilitas AC dan internet. Gue dan Irene sempat ditegur sama pengawas gara-gara makan dan minum bagaikan alay disana hahaha.

Siantan ternyata menyimpan banyak tempat wisata lagi, selain Tugu Khatulistiwa. Kita pun berangkat ke obyek berikutnya: Makam Batu Layang, yang konon tempat disemayamkannya tubuh pendiri kota Pontianak dan pernah menjabat jadi Sultan Pontianak di tahun 1800-an. Wah kelihatannya tempat yang menarik :D Menuju Makam Batu Layang kita naik angkot lagi, dan brhenti depan gang yang sepiiiiii banget. Menyusuri gang tersebut sekitar 200 meter, kita ngeliat gerbang Makam.






Berada di daerah pelosok yang agak "kampung", kita cukup kaget juga saat lagi asik-asik jalan tiba-tiba ada sebuah mobil CRV hitam new eyes yang berhenti di depan kita. Jendelanya terbuka lebar. Di dalamnya duduk para ustadz dan kyai (apa bedanya sih?? Yang pake sorban-sorban dan jenggotan itu deh) lagi ketawa-ketiwi. Kita bengong. Wow. Makmur juga jadi ustadz dan/atau kyai di tempat seperti ini :D Bisa naik CRV baru bok!

Kita pun mengalihkan pandang dari para ustadz di dalam CRV hitam, dan melanjutkan masuk ke areal makam si Sultan. Sepi banget makamnya. Di dalam cuma ada seorang ibu lagi duduk di depan mausoleum si Sultan. Ngeliat kedatangan kita, si ibu berjilbab mempersilahkan kita masuk dan melihat-lihat. Agak sungkan juga, karena ini makam yang berbau agama Islam. Apalagi gue kebetulan pakai baju yang *ehem* mungkin itungannya agak terbuka buat mereka.

Setelah dipersilahkan, kita masuk dan foto-foto di mausoleum si Sultan. Sempet ditanya juga sama si Ibu (yang ternyata keponakan turunan si sultan sekaligus juru kunci makam tersebut) apa kita mau ikut upacara doa adat. Mempertimbangkan waktu yang semakin sore, perjalanan balik ke hotel yang pasti makan waktu, serta agak males ikut doa adat kalo cuma kita berlima turisnya, kita pun menolak tawaran si Ibu.

Puas liat-liat dan duduk-duduk depan makam si Sultan *sumpah geje berat* kita berniat pamit dari sana. Dan waktu mau keluar dari mausoleum, ternyata...... pintu mausoleum udah di penuhin anak-anak kampung setempat.



Oke. Ini bukan pertanda baik.




Suasana waktu masih damai di dalam mausoleum Sultan.






Suasana begitu kita mau keluar dari mausoleum. Padet bok!! Si Ibu bilang, "Jangan lupa kasih sumbangan ya. Tiap orang harus kasih." Kita saling pandang sebelum mengeluarkan uang. Irene kebagian jadi orang yang ngasih tu sumbangan dari kita. Dan saat ngeliat ada "segepok" uang di tangan Irene, anak-anak kampung jd histeris bak ngeliat malaikat Jibril turun dari Sorga.

"Moy, sini aja, moy!"

(-___-)


 Sumpah teriakan-teriakan anak kampung itu kadang masih terngiang di telinga gue huhuhu. Mereka emang nyebut orang yang matanya sipit dengan "amoy". Kalo di Jakarta keturunan tionghoa dipanggil gini mereka bisa tersinggung berat. Tapi disini, keliatannya biasa aja... Well, back to topic. Anak-anak kampung itu histeris liat "setumpuk" uang di tangan Irene. Mereka narik-narik Irene buat kasih uang itu ke mereka. Kita shock dengan keberingasan orang-orang tersebut.

"Taruh dimakam aja!" kata si Ibu. Belakangan kita baru tau, ternyata kl ditaruh di makam, gak bakal ada yang berani ambil tu uang. Setelah Irene taruh tuh uang di depan peti mati si Sultan, kita pun keluar dari mausoleum diiringi jeritan anak-anak kampung.

"Moy, bagi duit, moy!"

"Bagi duit, bagi duit, bagi duit!!"

Dan kita pun lari tunggang langgang dari sana.

Oke, itu lebay. Tapi gue dan Ribas bener-bener hampir lari dari tempat itu huhuhuhu....



Selesai dari Makam, kita udah tepar dan masih shock dikerubutin, ditarik-tarik dan diteriakin sama anak-anak kampung. Bukan pengalaman yang enak -__-" Akirnya kita putusin untuk balik aja ke Pontianak. Kita balik naik ferry. Saat itu udah sore hari, dan cuaca udah nggak terik lagi. Angin berhembus ringan sesampainya kita di Pontianak.




Suasana pinggir Sungai Kapuas di sore hari. Setelah letih jalan seharian, kita nongkrong disini, buat duduk-duduk. Trotoarnya masih baru dan luaaaaaaas banget. Suasana juga asri dan bersih. Cocok banget buat tempat nongkrong turis. Sayang, waktu kita lagi nongkrong, nggak banyak turis lain yang berada di sana. Tenda-tenda makanan ringan didirikan di spot-spot sepanjang Sungai Kapuas. Yang dijual ada jagung bakar, indomie, dan kopi :)




Pejudi pinggir jalan. Orang ini bawa tiga mangkuk kecil hijau (seperti terlihat di foto), terus orang yang bersedia judi sama dia bisa nebak di mangkuk mana kelerang berada. Kalau bener, dikasih duit (tergantung pasang berapa) hehehe. Tapi Benny bilang ini mah curang, di dalam mangkuk udah ada magnetnya, jadi gak bakal ketebak juga dan orang tsb kalau diminta buka semua mangkuknya pasti gak mau (karena kelereng besinya nemplok di langit2 mangkuk hehe).

Pas gue ambil foto ini, si pejudi jalanan ngomel-ngomel sambil bilang, "Kalo gak masang jangan foto-foto, mbak!" Aduh galak bener...





Hari berikutnya, kami meninggalkan hotel dengan tujuan melihat obyek wisata lain. Kami berdiri pukul 10 siang (matahari mulai menyengat) nunggu angkot yang akan membawa kami ke Jalan Budi Oetomo. Setelah menunggu selama hampir satu jam, angkot yang dinanti tak kunjung tiba. Demi menghemat waktu kami berlima memutuskan ke obyek lain dulu.







Kami hendak menuju Siantan lagi, dan kali ini tidak menggunakan ferry, melainkan naik ojek sepit (nama perahu ramping di Kalimantan) seharga Rp 2.ooo saja per kepala. Perjalanan naik sepit ini lebih seru, sayang cuma sebentar menuju Siantan. Terik matahari hampir gak berasa saat kami berada di atas sepit. Benny, yang paling muda diantara kami, satu-satunya yang nggak bisa berenang dan panik kuadrat saat sepit melaju membelah Sungai Kapuas.

Pengalaman 4 kali tenggelam di hidupnya bikin Benny yang pertama kali pengen nginjek daratan begitu sepit menepi di Siantan :D





Berada di Kampung Beting, sebuah kampung "terapung" yang banyak berada di Kalimantan. Mungkin agak mirip dengan venezuela ya... Jadi kampung ini berdiri diatas sungai. "Trotoar"nya jalan setapak selebar satu meter yang menghubungkan antar rumah. Transportasi utamanya sepit, dan masih banyak penduduk lokal yang terang-terangan mandi di sungai =__= Sempet agak kaget juga pas ngeliat ada ibu-ibu dengan pede jayanya mandi gitu aja di sana. Huhuhu.








Kita sempat mampir ke Kesultanan Pontianak. Keratonnya sendiri nggak mewah-mewah amat, tapi cukup luas untuk bikin betis berotot hehehe. Di keraton ini ada foto-foto keturunan si Sultan, juga ada eks singgasananya. Yang bikin cukup surprise, ternyata burung Garuda lambang negara kita diciptakan oleh Sultan Pontianak! Wow! Cukup excited juga kita dengan informasi ini. Disini Ibu penjaga keratonnya cukup ramah dan membantu dengan ngasih informasi penting seputar keraton. Sebelum meninggalkan areal keraton yang dekat dengan Kampung Beting, seperti biasa turis ditarik sumbangan :D

Kami melanjutkan perjalanan menuju Aloe Vera Center, yang konon tempat budi daya lidah buaya berukuran raksasa di Kalimantan. Awalnya kami memang mau ke Aloe Vera Center duluan di Jalan Budi Oetomo, tapi tidak ada angkot. Perbincangan singkat dengan penduduk lokal membuat kami kaget, karena ternyata angkot ke tempat ini cuma ada TIGA biji doang. Huhuhu. Pantesan aja lama datengnya! Akhirnya, saking niatnya ngeliat tempat ini, kamipun carter angkot seharga Rp 20.000 untuk membawa kami ke sana.

Ternyata, tukang angkotnya entah bego entah ngerjain, dia nggak bawa kita ke Aloe Vera Center, melainkan ke gubug-gubug geje yang menghidangkan minuman es lidah buaya. Kita menikmati segelas es lidah buaya (Rp 7.000) sambil ngeliatin soang (sejenis bebek galak) lagi ngeremin telur di gubug tersebut =___="

Singkat kata, selepas Pontianak kami pergi ke Singkawang, yang terkenal anak amoy-amoynya. Konon, amoy (gadis keturunan tionghoa) dari Singkawang cantik luar biasa dan berkulit seputih susu. Ribas dan Benny bener-bener ngiler pengen ngeliat amoy (-__-).

Beruntung, di Singkawang kami tinggal di rumah salah satu teman dari UPM, namanya Paulina alias Paupau alias Cingcing (di foto berikut mengenakan baju biru).... Keluarganya yang terdiri atas satu kakak perempuan dan satu adik perempuan serta orang tua, sangat ramah menerima kedatangan lima orang backpack norak ini :D Selama berada di Singkawang kami dijamu dan diajak jalan-jalan. Menyenangkan sekali, terutama karena belakangan kami baru tahu di Singkawang tidak ada angkot. Kemana-mana serba jauh dan harus punya motor atau mobil pribadi. Ohlalala. Beruntunglah kami memiliki Cingcing yang meminjamkan mobil selama kami menjelajahi Singkawang :D

Menunggu sunset di Pasir Panjang, Singkawang. Sayang cuaca terlalu cerah.


Singkawang dari atas.



Rombongan kami berlima :D
koko Bun Lai, Benny, Ribas, Irene, dan gue.




Kalau ada Pasir Panjang, maka ada pula Pasir Pendek. Alias pantainya cuma seiprit, tapi gak kalah indah. Di Pasir Pendek banyak batu-batu gedeeee banget. Anak-anak cowok suka banget main disini. Ini pose bersama Cingcing, mengenakan baju biru :)






Empat hari berada di Singkawang ngeliat-ngeliat berbagai obyek wisata dan kuliner, kami pun kembali ke Pontianak. Sehari sebelum kepulangan ke ibukota Indonesia, kami jalan-jalan ke Pasar Ikan, sekitar 20KM dari kota Pontianak. Tempatnya asri dan mirip Kampung Beting. Disini amoynya suka duduk-duduk di depan pintu rumah. Bau hio samar-samar tercium dari antara rumah-rumah.

Pontianak masih kental aura tionghoanya, sehingga banyak klenteng dan vihara bertebaran disini. Kami sempat mengunjungi salah satu vihara di Pasar Ikan, namanya Vihara Budha Kutub Utara :D

Viharanya besar dan sepi. Banyak patung-patung Budha yang gue gak ngerti. Di dinding di gambar mural penyiksaan umat yang dijebloskan ke neraka, dan gambar reinkarnasi dari manusia jadi berbagai macam hewan (karena udah berbuat banyak dosa di dunia).










Sekian dulu catatan perjalanan gue :D kurang lengkap sih karena ini perjalanan pertama yang gue lakukan hehehe. Semoga tahun ini bisa berangkat lagi, entah itu ke bagian Kalimantan yang lain atau mengunjungi pulau lain di Indonesia.

Nantikan review catatan perjalanan part II tentang kuliner! :D

Wish you all love :)